Pariwisata Hijau Makin Menariki untuk Dikembangkan
Jakarta, Trendsetter.id – Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) menggelar acara Indonesia Tourism Outlook 2024 bertajuk “Peluang dan Tantangan Investasi untuk Pariwisata Berkelanjutan” di Hotel AOne Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Menurut Andry Satrio Nugroho, Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi (INDEF), investasi wisata berkelanjutan menjadi tren ke depan terutama pada energy-efficient transition.
Tren ke depan sektor akomodasi didorong untuk menghadirkan penggunaan perangkat yang efisien dalam menghasilkan energi ramah lingkungan. Juga meningkatkan efisiensi penggunaan air bersih. “Water management dalam mengefisiensikan penggunaan air bersih oleh wisatawan serta pengelolaan limbah secara terpadu menjadi perhatian pelaku industri pariwisata dan perhotelan,” kata Andri.
Baca juga : Strategi serta Tantangan Industri Pariwisata 2024
Tren pariwisata 2024 akan mengalami hyperlocal and slow travel dimana para wisatawan ini tidak ingin cepat-cepat menghabiskan waktu. Waktu yang dihabiskan dalam berwisata jauh lebih lama dan memilih destinasi domestik yang menawarkan konsep alam dan wisata hijau. “Juga dalam penggunaan teknologi dan personalisasi serta bleisure or workations,” katanya.
Founder Tanakita Eko Binarso mengatakan, wisata petualangan menjadi tren pariwisata ke depan seperti adventure activities (hiking, culture, kuliner, dll) menjadi hot trending tahun 2023.
Eko Binarso mengatakan, wisata petualangan yang belum digarap secara optimal adalah wisata alam. “Kita harus bangga punya world heritage seperti Gunung Rijani, Komodo, Gunung Leuser yang aktivitas wisatanya sangat ramah lingkungan,” kata Eko.
Tantangan pengembangan wisata alam, menurut Eko Binarso, antara lain infrastruktur, aksesibilitas, bencana alam, keselamatan wisatawan, pengelolaan dampak, promosi dan branding, koordinasi kelembagaan, menciptakan destinasi baru, polusi.
Tren pariwisata 2024 akan tertuju pada pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Pariwisata ramah lingkungan dan berkelanjutan banyak diminati wisatawan. “Pada 2017 dunia mencanangkan hari suistainable atau berkelanjutan di mana 82 persen menghormati warisan budaya. Selain itu kualitas pekerja lokal pariwisata mempunyai komitmen tinggi untuk menjaga warisan budaya,” kata Vitria Ariani, Pengamat Pariwisata sekaligus CEO & Founder Berbangsa.
Baca juga : Semangat Baru Industri Pariwisata dalam Asia Pacific Tourism Summit 2024
Vitria Ariani mengatakan, contoh konkrit pariwisata berkelanjutan adalah desa wisata “Kalau mau belajar suistanable bisa belajar dari desa wisata. Desa Wisata, yang tadinya enggak dilihat, sekarang jadi destinasi yang dilihat banget. Ini terjadi saat pandemi COVID-19,” kata Vitria Ariani.
Sementara AB Sadewa, Corsec Panorama Group menuturkan ekonomi hijau itu bisa masuk dalam pendapatan pajak terkait dengan jual beli karbon dengan memanfaatkan tata laksana penerapan nilai ekonomi karbon yang betul.
“Sustainability memang gampang diomongin tapi ternyata sulit dikerjakan prakteknya, karena itu perlu komitmen bersama mewujudkan green tourism,” tutur Sadewa.
Menurutnya, ada empat hal yang membuat kita memiliki komitmen untuk mewujudkan green tourism, pertama perubahan iklim dan pelestarian alam, kedua demand dari sisi market, ketiga regulasi, dan keempat kebutuhan industri.