IFG Life Tekankan Asuransi Bukan Beban Biaya tapi Investasi Perlindungan
Jakarta, Trendsetter.id – Rendahnya tingkat penetrasi asuransi di Indonesia kembali menjadi sorotan. Berdasarkan laporan IFG Progress (Februari 2025), Indonesia mencatat penetrasi asuransi hanya 1,4%, terendah di Asia Tenggara. Angka ini jauh tertinggal dari Vietnam (2,2%), Filipina (2,5%), Malaysia (3,8%), Thailand (4,6%), bahkan dua raksasa Asia, Tiongkok (3,9%) dan India (4,0%).
Di sisi lain, data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK dan BPS pada 2025 menunjukkan tingkat literasi asuransi di Indonesia baru 45,45%, lebih rendah dari rata-rata global yang berada di kisaran 60–70%. Kondisi ini membuat banyak masyarakat belum memahami manfaat asuransi secara komprehensif.
“Rendahnya penetrasi dan literasi asuransi menunjukkan masih besarnya tantangan dalam meningkatkan edukasi keuangan. Banyak masyarakat belum menyadari bahwa asuransi bukan sekadar biaya, melainkan investasi perlindungan jangka panjang bagi diri dan keluarga,” ujar Fabiola Noralita, Direktur Bisnis Individu IFG Life.
IFG Life menilai salah satu penyebab rendahnya minat masyarakat terhadap asuransi adalah maraknya mitos dan persepsi keliru yang beredar. Untuk itu, perusahaan menghadirkan edukasi publik guna meluruskan pemahaman.
1. Klaim Asuransi Sulit dan Ribet
Banyak masyarakat menganggap klaim asuransi rumit, lama, dan penuh biaya tambahan. IFG Life menegaskan hal itu tidak benar. Nasabah dapat mengajukan klaim secara digital lewat aplikasi One by IFG, cukup mengunggah dokumen, lalu memantau status klaim secara real-time. Prosesnya gratis tanpa pungutan tambahan.
2. Asuransi Hanya untuk Kalangan Tertentu
Asuransi kerap dianggap sebagai “kemewahan” untuk orang berpenghasilan besar. Faktanya, produk IFG Life dirancang fleksibel sesuai kebutuhan hidup, mulai dari anak muda, keluarga baru, hingga persiapan pensiun. Dengan premi yang bisa disesuaikan, proteksi bukan lagi eksklusif, melainkan hak setiap orang.
3. Manfaat Asuransi Jiwa Hanya Saat Meninggal Dunia
Banyak yang mengira asuransi jiwa baru bermanfaat ketika pemegang polis meninggal. Padahal, produk IFG Life juga melindungi dari risiko penyakit kritis, seperti melalui IFG LifeCHOICE. Artinya, proteksi tidak hanya untuk ahli waris, tetapi juga bagi pemegang polis agar beban finansial berkurang ketika menghadapi risiko kesehatan.
4. Klaim Asuransi Sulit di Kota Kecil
Sebagian masyarakat masih percaya klaim hanya mudah dilakukan di kota besar. IFG Life menegaskan digitalisasi membuat layanan klaim bisa diakses dari mana saja, termasuk kota kecil. Aplikasi digital memastikan proses klaim lebih merata, cepat, dan tanpa biaya tambahan.
5. Premi Asuransi Selalu Mahal
Anggapan premi mahal membuat banyak orang menunda memiliki asuransi. Faktanya, premi bisa disesuaikan dengan kemampuan finansial masing-masing. Justru semakin dini memiliki asuransi, semakin terjangkau premi yang harus dibayar.
Data IFG Progress juga mengungkap tiga faktor utama yang membuat masyarakat enggan berasuransi: belum merasa membutuhkan asuransi, kurangnya kepercayaan terhadap perusahaan asuransi, persepsi bahwa premi selalu mahal.
Survei juga menunjukkan bahwa dari kelompok masyarakat yang belum punya asuransi, 53% berencana membeli di masa depan, sedangkan 47% belum berminat sama sekali. Namun dari kelompok yang berniat membeli, 40% baru akan melakukannya lebih dari lima tahun ke depan. Temuan ini menunjukkan urgensi edukasi dan pendekatan strategis agar masyarakat lebih cepat mengambil keputusan proteksi.
“Asuransi bukanlah beban biaya, melainkan perlindungan finansial yang semakin penting di tengah ketidakpastian. Karena itu, kami mendorong masyarakat untuk memiliki proteksi sejak dini, agar manfaat perlindungan dapat dirasakan lebih optimal dengan premi yang tetap terjangkau,” tutup Fabiola.
Melalui inisiatif edukasi ini, IFG Life berharap bisa mengikis mitos yang selama ini menahan laju literasi asuransi di Indonesia. Pada akhirnya, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya proteksi finansial menjadi kunci memperkuat ketahanan ekonomi keluarga sekaligus perekonomian nasional.