Dentuman Rock Klasik Rockafellas dan Rockjam Guncang Jakarta
Jakarta, Trendsetter.id — Musik rock klasik kembali membakar panggung Jakarta. Dua band tribute, Rockafella’s dan Rockjam, sukses menghadirkan malam penuh nostalgia dan energi di edisi ke-12 Rockafella’s Silaturrockmi yang digelar di Fat & Sim, Ra Suite Hotel.
Membawakan total 31 lagu legendaris, mereka menyuguhkan perayaan musikal yang menghidupkan kembali kejayaan Yngwie Malmsteen, Rainbow, Black Sabbath, hingga Ozzy Osbourne.
Malam dibuka dengan penampilan memukau dari Rockafella’s. Mengusung semangat era 80-an, mereka langsung menggebrak dengan “Save Our Love” milik Yngwie Malmsteen. Penampilan penuh penghayatan ini menjadi titik awal dari rentetan lagu berat bernuansa neo-classical dan heavy metal yang dibawakan dengan cermat oleh Joe Silitonga, Mando GrassRock, Riffy Putri, Adhytia Perkasa, Sonny Bibonx, dan Youslam, yang malam itu menggantikan posisi Coky Sitohang.
Salah satu sorotan adalah penampilan gitaris Youslam yang memukau lewat nomor instrumental “Evil Eye”, memperlihatkan teknik tinggi dan energi setara sang maestro Yngwie. Lagu-lagu seperti “I’m My Own Enemy”, “I’ll See the Light Tonight”, hingga “Rising Force” membakar atmosfer ruangan, ditutup dengan kejutan “Lost in Hollywood” dari System of a Down. Sebuah selipan modern yang tetap selaras dengan semangat malam itu.
Memasuki sesi kedua, giliran Rockjam mengambil alih. Terdiri dari Adhytia Perkasa, Wahyu, Bimbim, dan Adhi, mereka tampil beringas membawakan deretan karya klasik Black Sabbath dan Ozzy Osbourne. Dari “War Pigs” dan “Iron Man”, hingga “Sabbath Bloody Sabbath”, seluruh nomor dibawakan nyaris tanpa cela. Penonton seakan dilempar kembali ke masa kejayaan heavy metal tahun 70-an.
Tak berhenti di situ, lagu-lagu dari era solo Ozzy seperti “Crazy Train”, “Mr. Crowley”, “No More Tears”, dan “Mama, I’m Coming Home” juga ikut mengguncang panggung. Lebih dari sekadar tribute, konser ini menjadi pengalaman emosional yang menggugah ingatan kolektif akan masa keemasan rock.
Acara ini tak hanya mengandalkan kekuatan materi lagu. Dukungan tata suara dan pencahayaan dari ESP memastikan kualitas produksi yang maksimal. Setiap nada, setiap gebukan drum, dan setiap solo gitar terasa hidup dan menggema kuat. Kostum para musisi yang totalitas juga menambah kesan serius dan penuh dedikasi terhadap setiap penampilan.
“Kami ingin lebih dari sekadar tampil. Ini adalah bentuk penghormatan pada warisan rock klasik, dan semangat itu kami bawa dengan total,” ujar Adhytia Perkasa usai tampil.
Persiapan konser ini berlangsung selama dua bulan, dengan promosi yang masif melalui grup WhatsApp, media sosial, hingga komunitas gitaris dan musisi. Kehadiran penonton dari berbagai kalangan, mulai dari pecinta musik 80-an hingga generasi baru yang ingin mengenal akar musik rock, menjadi bukti bahwa genre ini masih punya tempat di hati masyarakat.
Menurut Riffy Putri, salah satu penggagas acara, konser ini bukan sekadar nostalgia. “Ini tentang menjaga bara itu tetap menyala. Kami ingin menjadikan ini gerakan untuk menghidupkan lagi ekosistem musik live, khususnya rock klasik,” ujarnya.
Rockafella’s Silaturrockmi bukan hanya konser, melainkan pernyataan bahwa rock klasik belum mati, ia hanya menunggu momen untuk kembali bersinar. Dan malam itu, dengan semangat menyala, musik dari masa lalu kembali hidup, menyalakan semangat baru di antara generasi yang berbeda.
Dengan keberhasilan konser ini, baik Rockafella’s maupun Rockjam berencana membawa konsep serupa ke kota-kota lain, termasuk festival berskala nasional. Dentuman rock klasik kembali menemukan panggungnya dan kali ini, mereka siap menggebrak lebih jauh lagi.